BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
India
adalah negeri yang serba ganda, ganda dalam suku bangsa, ganda dalam budaya,
dan ganda dalam soal kepercayaan. Oleh sebab itu, mempelajari agama Hindu
terasa mengalami kesulitan. Jika kita lihat dari sudut pandang ilmu
bangsa-bangsa, India adalah tanah yang beraneka ragam dan akibatnya ialah orang
dapat melihat suatu kebudayaan yang beraneka ragam. Jika kita ibaratkan, agama
Hindu itu seperti pohon besar yang memiliki cabang yang sangat banyak yang
melambangkan berbagai pemikiran keagamaan.
Namun
itu tidak menyurutkan niat penulis untuk membuat makalah ini dan untuk
mempermudah dalam pemahaman, penulis berusaha menunjukan garis-garis
besar yang menghubungkan berbagai gejala dan aliran itu yang satu dengan yang
lain .
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui dan memahami sejarah peradaban mohenjodaro dan Harappa !
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Sejaran Mohenjodaro Dan Harappa
A.
Mohenjo Daro
Mohenjo
Daro merupakan sebuah situs dari sisa-sisa pemukiman terbesar dari
kebudayaan Lembah Sungai Indus, yang terletak di Sind, Pakistan. Dibangun dari
sekitar tahun 2600 SM. Kota ini adalah suatu pemukiman kota pertama di dunia,
bersama peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan
bersejarah ini dimasukkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Arti dari
Mohenjo-Daro adalah “Bukti Orang Mati”. Seringkali kota tua ini disebut dengan
“Metropolis Kuno di Lembah Indus”. Mohenjo-Daro di bangun sekitar tahung 2600
SM, tetapi dikosongkan sekitar tahun 1500 SM. Pada tahun 1922, kota ini
ditemukan kembali oleh Rakhaldas Bamdyopadhyay dari Archaeological
Survey of india. Ia dibawa ke sebuah gundukan oleh seorang biksu Budha yang mempercayai
bahwa gundukan tersebut adalah sebuah stupa. Pada 1930-an, pengalian
besar-besaran dilakuakan di bawah pimpinan John Marshall, K. N. Dikshit, Ernest
Mackay, dan lain-lain. Mobil John Marshall yang digunakan oleh para direktur
situs masih berada di museum Mohenjo-Daro sebagai tanda untuk memperingati
perjuangan dan dedikasi mereka terhadap Mohenjo-Daro. Penggalian selanjutnya
dilakukan oleh Ahmad Hasan Dani dan Mortimer Wheeler pada tahun 1945.
Penggalian besar terakhir Mohenjo-Daro didpimpin oleh Dr. g. f. Dales
pada tahun 1964-1965. Setelah itu, kerja penggalian di situ dialarang karena
kerusakan dialami oleh struktur-struktur yang rentan akibat kondisi cuaca.
Sejak tahun 1965, hanya proyek penyelamatan, pengawasan permukaan dan konsrvasi
yang diperbolehkan di situ. Meskipun proyek arkeologi besar dilarang, namun
pada 1980-an, tim-tim peninjau dari Jerman dan Italia yang di pimpin oleh
Dr.Micheale Jansen dan Dr. Maurizio Tosi, menggabungkan tekjik-teknik seperti
dokumentasi arsitektur, tinjauan permukaan, dan penyelidikan permukaan, untuk
menentukan bayangan selanjutnya mengenai peradaban kuno tersebut. Mohenjo-daro
terletak di Sindh, Pakistan di sebuah bubungan zaman Pleistosen di
tengah-tengah daratan banjir sungai Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur
oleh pembanjiran daratan tesebut, tetapi sangat penting pada zaman Peradaban
Lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota Mohenjo-daro berdiri di atas
daratan sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang dia
antara lembah sungai Sindhu di Barat dan Gangga-Hakra di Timur. Sungai Sindhu
masih mengalir ke situs itu, taetapi dasar sungai Gabgga-Hakra kini sudah
kering.
Pada zaman dahulu, Mohenjo-daro
merupakan salah satu pusat administrative Peradaban Lemnbah Indus kuno. Pada
puncak kejayaanya, Mohenjo-daro adalah kota paling terbangun dan maju di Asia
Selatan, dan mungkin juga di dunia. Perencanaan dan tekniknya menunjukkan
kepenyingan kota ini tehadap masyarakat lembah Indus. Peradaban Lembah Indus
(c. 3300-1700 SM, F. 2600-1900 SM) adalah sebuah peradaban sungai kuno yang
berkembah di Lembah Sungai Indus di India Kuno (kini di Pakistan dan India
Barat Laut). Peradaban ini juga dikenal sebagai “Peradaban Harrapa.” Kebudayaan
Indus berkembang berabad-abad lamanya, lalu mengalami kebangkitan sekitar tahun
3000 SM. Peradaban tersebut menjangkau wilayang yang kini diduduki Pakistan dan
India Utara, tetapi tiba-tiba mengalaimi kemerosotan sekitar tajun 1900 SM.
Pemukiman Peradaban Indus tersebar sejauh pantai Laut Arab di Gujarat si selatan,
perbatasan Iran di Barat. Dengan kota Harapa dan Mohenjo-daro, dan juga Lothal.
Puing-puing Mohenjo-daro adalah salah satu pusat utama dalam masyarakat kuno
ini. Beberapa arkeolog berpendapat bahwa perdaban indus mencapai jumlah
penduduk lima juta penduduk pada puncaknya. Saat ini, lebih dari seribu kota
dan pemukiman telah ditemukan, terutama di lembah Sungai Sindhu di Pakistan dan
India Barat Laut.
Penghuni Mohenjo-daro adalah orang-orang
Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini menjadi tanda Tanya
bagi para arkeolog. Priwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga sekarang.
Bahasa dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di
sana masih belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota tersebut
tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan relligius dan tanda-tanda sistem kasta.
Hal ini mengakibatkan para peneliti berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro
han Harrapa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu
pengetahuan (sudah meninggalkan praktek keagamaan) dan memiliki filosofi hidup
yang tinggi (terlihat dari ketiadaan system kasta dalam hierarki social)
B. Harappa
Hampir seperti Mohenjo Daro, Harappa
merupakan sebuah kota yang ada di Punjabi, Pakistan, tepatnya berada di timur
laut Pakistan sekitar 35 km dari Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran sungai
Ravi, atau timur laut dari Mohenjo Daro. Kota ini dibangun pada tahun 3000 SM.
Pada masa itu , Harappa berpendududk sekitar 40.000 jiwa, yang dianggap besar
pada zamannya. Hubungan peradaban indus kuno pada saat itu dikenal sebagai
mitra dagang dengan peradaban Mesir dan Mesopotamia. Situs kota kuno Harappa
berisi reruntuhan kota dari zaman perunggu yang merupakan bagian dari budayaCemetery
H dan perdaban lenbah indus, berpusat di Sindh dan Punjabi. Kota
ini diperkirakan memiliki penduduk sekitar 23.500 jiwadan terbesar selama fase
Mature Harappa pada tahun 2600 SM hingga 1900 SM. Dua kota besar saat itu,
Mohenjo Daro dan Harappa muncul sekitar tahun 2600 SM di sepanjang lembah
sungai indus. Artefak batu di lokasi Harappa terbuata darai pasir merah, tanah
liat yang dipanggang pada suhu tinggi. Di kota ini juga banyak ditemukan relik
dari masa budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa.
Penghuni kota Harappa orang-orang
Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi tanda
Tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tidak dapat ditelusuri hingga
sekarang. Bahasa dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang
ditemukan di sana mesih belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Uniknya di kota
tersebut tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan religious dan tanda-tanda
sistem kasta. Hal ini mengekibatkan para peneliti berspekulasi kalau mesyarakat
Mohenji Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup sepenuhnya bergantung
pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan prektek keagamaa ) dan memiliki
filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan system kasta dan
hierarki sosial).
Adanya trauma dan penyakit menular yang
terlihat jelas pada kerangka manusia yang diambil dari tiga pemakaman kota
Harappa, salah satu kota terbesar di peradaban Indus. Mereka menemukan adanya
pertumbuhan karakter masyarakat indus dan sifat kehancurannya. Hasil yang
ditemukan dari orang-orang yang diambil sempel (sempel analisis) dari kuburan
ternyata memiliki tingkat tertinggi kekerasan dan penyakit. Tingkat kekerasan
berkisar 50% pada 10 sempel tengkorak, lebih dari 20% membuktikan bahya
orang-orang ini terbukti menderita penyakit kusta.
Hasil analisis sangat bertentangan
dengan dugaan lama yang menyatakan bahwa peradaban indus berkembang sebagai
masyarakat damai, koperasi, dan egaliter, tanpa perbedaan social, hirarki, atau
perbedaan akses sumber dasar. Penduduk kota Harappa diduga menderita kusta
selama fase perkembangan perkotaan indus dan meningkat secara siknifikan
seiring waktu. Penyakit baru kemudian muncul seperti Tuberkulosis ditemukan
pasca urbanisasi, cidera kekerasan (luka tengkorak) juga meningkat seiring
waktu. Lingkungan perlahan mulai berubah, jaringan perdagangan semakin tidak
terkendali, ketika digabungkan dengan perubahan sosial dan konteks budaya
tertentu, maka semua kerjasama yang bertujuan untuk menciptakan situasi
aman semakin tidak bisa dipertahankan. Karena kekarasan dan penyakit
meningkat pada level tertinggi, akhirnya manusia meninggalkan peradaban Indus
di kota Harappa.
2.2.
Peradaban Mohenjodaro dan Harappa
Munculnya
peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum
sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi, bangsa Troya
mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah
aliran sungai India. Tahun 1500 sebelum masehi, suku Arya baru menjejakkan kaki
di bumi India Kuno. Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai
India, mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal
dalam peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro,
propinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa dipropinsi Punjabi.
Mohenjo-daro adalah salah satu situs dari
sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, yang
terletak di propinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar tahun 2600 SM, kota
ini adalah salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan
peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Arti dari
Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan
“Metropolis Kuno di Lembah Indus”.
Pembangunan
kota Harappa adalah pada masa sebelum bangsa Arya memasuki wilayah peradaban
Lembah Hindus, yakni sekitar 2500 SM. Bangsa asli India mendirikan kota megah
dikawasan ini hingga tahun 1500 SM ketika bangsa Arya mulai bercampur dengan
penduduk asli.
Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur
laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas
Sungai Ravi. Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat
itu bangsa Arya belum sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi,
bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya
didaerah aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini,
yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan
relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa.
Harappa memiliki lay-out kota yang sangat canggih.
Mohenjodaro
dan Harappa merupakan kota terbesar yang berada di lembah sungai Indus.
Mohenjo-daro dan Harappa merupakan peradaban yang tinggi nilainya, yang
ditandai dengan adanya kota yang teratur penataannya. Rancangan kota
Mohenjodaro dan Harappa termasuk kota pertama di dunia yaitu menggunakan
sanitasi sistem. Penataan masa pembangunan yang diterapkan oleh kota
Mohenjodaro adalah organisasi grid. Jalan yang ada berupa saling tegak lurus
dan berjajar sehingga membentuk blok-blok (berupa kotak-kotak) yang digunakan
sebagai tempat pendirian bangunan. Konsep ini dapat dilihat pada penataan
kawasan perumahan modern maupun apartemen yang tiap rumah tertata sangat rapih
dan berada dijalur lurus.
Didalam
kota rumah-rumah individu atau kelompok dibangun dalam suatu pemukiman dengan
memungkinkan sirkulasi udaranya, dengan jalan agar selalu mendapatkan udara
yang segar. Dengan kata lain sistem sirkulasi udara di Mohenjodaro pada waktu
itu sudah ada. Air yang berada dirumah-rumah bersal dari sumur. Dari sebuah
ruangan yang tampaknya terlah disishkan untuk mandi, air limbah diarahkan
kesaluran tertutup yang berbasis di jalan utama. Indus kuno sistem pembuangan
air kotor dan saluran air yang dikembangkan dan digunakan dikota-kota diseluruh
wilayah Indus jauh lebih maju dari pada yang ditemukan di lokasi perkotaan
kontemporer di Timur Tengah dan bahkan lebih efisien dari pada yang ada di
banyak daerah di Pakistan dan India. Mohenjodaro dan Harappa juga menggunakan
sistem irigasi, hal ini dilihat dari pembuatan pemukiman sudah dipertimbangkan
agar rumah-rumah tidak terkena banjir dengan membuat jalan air. Semua rumah
memiliki fasilitas air dan saluran air. Saluran air kota yang digunakan sebagai
pembuangan air dibangun dibawah tanah dengan menggunakan bahan batu bata.
Mengingat
banyaknya patung-patung ditemukan di lembah Indus telah secara luas menyatakan
bahwa orang-orang Mohenjodaro dan Harappa menyembah patung yang di sebut ibu
dewi yang melabangkan kesuburan. Beberapa lembah Indus menunjukan swastika yang
dikemudian hari, agama dan mitologi, khususnya di India agama-agama Hinduisme
dan Jainisme. Bukti paling awal unsur-unsur Hindu yang ada sebelum dan sesudah
awal periode harappa ditemukan simbol-simbol Hindu yang berupa siva lingam.
Kota
Mohenjodaro dan Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM.
Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya meninggalkan kota adlah adanya
invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada
sekitar tahun tersebut. Pada tahun itu hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada
pembanguna kota dengan peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.
Puing-puing
bekas bangunan yang masih berada di kota tersebut tampak sangat teratur dalam
penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari bahan yang sama, yakni batu bata
tanah liat. Kondisi masa lalu memperlihatkan bahwa system kota yang di terpakan
di kota Mohenjodaro dan Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan
kota seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya dan adanya saluran air
bawah tanah.
2.3.
Runtuhnya Peradaban Indus Di Kota Harappa
Dalam teori sebelumnya kisah kehancuran
kota Mahenjodaro dan Harappa disebabkan oleh sebuah senjata mutahir pada waktu
itu, belum jelas dipastikan tetapi beberapa teori menganggapnya sebagai ledakan
nuklir. Teori ini diambil dari teks-teks kuno India yang menyebut adanya
'energi besar' yang membakar seluruh penduduk kota pada waktu itu.
Dalam penelitian arkeologi yang ditulis
oleh Gwen Robbins Schug (Profesor antropologi di Appalachian
State University) dalam jurnal PLoS ONE, kota-kota di Indus tumbuh sangat pesat
sejak tahun 2200 hingga 1900 SM ketika sebagian besar kota ditinggalkan.
Runtuhnya peradaban Indus kuno dan bangkitnya populasi manusia
telah menjadi kontroversi selama bertahun-tahun. Iklim, ekonomi dan perubahan
sosial menjadi peran utama dalam proses urbanisasi dan kehancuran kota Harappa
di Indus kuno. Tetapi sangat sedikit sejarah yang mencatat tentang bagaimana
perubahan ini mempengaruhi populasi manusia.
Tim ilmuwan yang terlibat dalam penelitian
membuktikan adanya trauma dan penyakit menular yang terlihat jelas pada
kerangka manusia yang diambil dari tiga pemakaman di kota Harappa,
salah satu kota terbesar di peradaban Indus. Mereka menemukan adanya
pertumbuhan karakter masyarakat Indus dan sifat kehancurannya. Hasil yang
ditemukan pada orang-orang yang diambil (sampel analisis) dari kuburan ternyata
memiliki tingkat tertinggi kekerasan dan penyakit. Tingkat kekerasan berkisar
50 persen pada 10 sampel tengkorak, dan lebih dari 20 persen membuktikan bahwa
orang-orang ini terbukti menderita infeksi kusta.
Hasil
analisis sangat bertentangan dengan dugaan lama yang menyatakan bahwa peradaban
Indus berkembang sebagai masyarakat damai, koperasi dan egaliter, tanpa
perbedaan sosial, hirarki, atau perbedaan akses sumber daya dasar.
Penelitian awal menyatakan bahwa faktor
ekologi menjadi dasar penyebab kematian populasi, tetapi tidak ada bukti paleo
lingkungan seperti yang dijelaskan dalam teori terdahulu (ledakan nuklir).
Dalam beberapa dekade terakhir, telah ada perbaikan dengan teknik untuk
merekonstruksi paleo lingkungan dan mampu menghasilkan data yang lebih
memuaskan. Ketika pendekatan Paleoklimatik, arkeologi dan biologi digabungan,
ilmuwan dapat mengumpulkan informasi penting dari masa lalu sehingga bisa
menjawab misteri relevan kota Harappa secara sosial.
Peristiwa perubahan iklim di
kota Harappa yang cepat berdampak luas pada masyarakat, ilmuwan tidak dapat
membuat asumsi bahwa perubahan iklim akan selalu sama hasilnya dengan kekerasan
dan penyakit. Tetapi dalam kasus ini terlihat adanya proses cepat urbanisasi di
kota-kota Indus dan jumlahnya semakin besar terlihat dalam budaya, sehingga membawa
tantangan baru bagi pertumbuhan populasi manusia. Diantaranya penyakit menular
seperti kusta dan TBC mungkin ditularkan dalam interaksi antar peradaban Asia
Tengah dan Selatan.
Penduduk kota Harappa diduga
menderita kusta selama fase pengembangan perkotaan Indus dan meningkat secara
signifikan seiring waktu. Penyakit baru kemudian muncul seperti Tuberkulosis
ditemukan pasca urbanisasi, cedera kekerasan (luka tengkorak)
juga meningkat seiring waktu. Temuan ini dianggap luar biasa mengingat bukti
kekerasan sangat jarang terjadi di situs prasejarah Asia Selatan.
Lingkungan perlahan mulai berubah, jaringan
perdagangan semakin tidak terkendali, ketika digabungkan dengan perubahan
sosial dan konteks budaya tertentu, maka semua kerjasama yang bertujuan untuk
menciptakan situasi aman di semakin tidak bisa dipertahankan. Karena kekerasan dan
penyakit meningkat pada level tertinggi, maka populasi manusia
meninggalkan peradaban Indus di
kota Harappa.
Ketika sejarawan berusaha menafsirkan
teks-teks kuno, justru telah dipertentangkan dengan dugaan ilmiah yang tidak
mendukung bukti yang ditemukan pada lokasi peradaban Indus. Hal ini justru
menambah misteri, 'energi' apa sebenarnya dimaksud dalam teks kuno tersebut,
terlebih terkait dengan kota Harappa dan Mahenjodaro.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebudayaan kuno India ditemukan di kota
tertua India yaitu daerah Mohenjodaro dan Harappa. Mohenjodaro dan Harappa
merupakan kota tua yang dibangun berdasarkan :
- Perencanaan yang sudah maju
- Rumah-rumah terbuat dari batu-bata
- Jalan raya lurus dan lebar
- Saluran air bagus
Terdapat
hubungan dagang antara Mohenjodaro dan Harappa dengan Sumeria.
Peradaban
Lembah Sungai Indus sama dengan kebudayaan di Sumeria dan Babylonia: mereka
ahli dalam pembuatan barang batu dan logam; mengenal huruf pictograph (huruf
yang terdiri dari gambar yang berbentuk binatang, seperti ikan). Lembah Sungai
Indus juga dapat dikatakan lebih tinggi daripada di Eropa pada saat yang sama.
Sejarah
peradaban India kuno lalu menampakkan suatu kondisi patah, hingga muncul
kerajaan baru pada abad ke-6 sebelum masehi, peradaban kota baru jaya kembali
di aliran sungai India. Perkembangan peradaban tinggi India kuno terhadap
bangkit dan musnahnya budaya Harappa, telah menambah sebuah misteri pada peradaban
India.
DAFTAR PUSTAKA
Suryanto.
2006. Hindu di Balik Tuduhan dan Prasangka.
Yogyakarta: Narayana Smriti.
No comments:
Post a Comment