makalah Tinari Matahari Terbit

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
          Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter).
          Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer :
a.       Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi.
b.      Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c.       Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar.
1.2.    Tujuan Penulisan
          Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang Tinari Matahari Terbit !



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.    Tirani Matahari Terbit
          Tirani Matahari Terbit , istilah tirani digunakan untuk menggmbarkan tindakan otoriter dan kekejaman jepang. Istilah “Matahari Terbit” digunakan untuk penamaan untuk tentara jepang, sebab posisi Negara jepang jika dilihat dari Indonesia , terletak di arah timur atau sama dengan arah saat matahari terbit. Sehingga Negara jepang disebut Negara Matahari Terbit
2.2.    Menganalisis Awal Pemerintahan “Saudara Tua”
1.       Penguasaan Kepulauan Indonesia
          Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang pada 8Desember 1941, serangan terus dilancarkan ke angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik. Kemenangan pasukan Jepang seolah-olah tak dapat dikendalikan dan pasukan itu berturut-turut menghancurkan basis militer Amerika. Selain itu, serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia. Serangan terhadap Indonesia tersebut bertujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak tanah, timah, dan aluminium. Sebab, persediaan minyak di Indonesia diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan Jepang selama PerangPasifik.
          Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh Maluku Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai olehJepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudianmenyerang Sumatera setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942). Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanahJawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.
          Dalam upaya menguasai Jawa, telah terjadi pertempuran di Laut Jawa, yaitu antara tentara Jepang dengan Angkatan Laut Belanda di bawah LaksamanaKarel Doorman.  Tetapi belanda dan laksamana karel doorman gagal . Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishoridan pendaratan disekitar Bojonegoro dikoordinir oleh Mayjen Tsuchihash.
          Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan diri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM dan sebagainya . Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, sehingga pasukan Belanda tidak mampu memberikan perlawanan. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang.
          Pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun Belanda segeramendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia di bawahpimpinan H.J. Van Mook.
          Sejak Jepang berkembang menjadi negara industri dan tampil sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Di samping itu, juga terdorong oleh ajaran yang berkaitan dengan Shintoisme, khususnya tentang Hakkoichiu, yakni ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju bertanggung jawab. Ajaran Hakko ichiu diperkuat oleh keterangan antropolog yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun.
2.       Selamat Datang “Saudara Tua”
          Kedatangan Jepang di Indonesia disambut dengan senang hati oleh rakyatIndonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang dipandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda. Dimana-mana terdengar ucapan “banzai-banzai” (selamat datang-selamat datang). Setiap kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula dengan ramalan jayabaya.
          Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya keIndonesia untuk membebaskan rakyat dari penjajahan bangsa Barat. Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.
3.       Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada tahun 1942 timbul pemikiran dari markas besar tentara jepang untuk melibatkan penduduk  dalam kemiiliteran . Pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer :
a)      Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi Shudan) untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi.
b)      Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas(Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c)      Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar
Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkanOsamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut:
a)      Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
b)      Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
c)      Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.
4.       Pemerintahan Sipil
          Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan Sistem pemerintahan, UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi.Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah sh (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten),gun (kawedanan), son (kecamatan), dan ku(desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu. Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki
          kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu olehCokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki tiga bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum),Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian).

2.3.    Organisasi Militer
a.       Heiho
          Heiho (Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
b.      Peta
          Jepang berencana membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta). 
          Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenangwenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa.
          Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawananan rakyat yang terjadi di Cot Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Abdul Jalil adalah seorang ulama muda, guru mengaji di daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh.
          Perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang terjadi di banyak tempat. Begitu juga di Kalimantan, di sana terjadi peristiwa yang hampir sama dengan apa yang terjadi di Jawa dan Sumatra. Rakyat melawan Jepang karena himpitan penin dasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu perlawanan di Kalimantan adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku Dayak.

2.4.    Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
a.       Politik 
          Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan keinginan Jepang, misalnya desa dengan Ku,kecamatan dengan So,kawedanan dengan Gun, kotapraja dengan Syi, kabupaten dengan Ken, dan karesidenan dengan Syu. Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan kearah Tokyo dengan membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang Tenno Heika.
b.      Sosial-Budaya dan Ekonomi
          Untuk membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana propaganda. Pengerahan tenaga kerja yang mulanya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokai, yang ada disetiap daerah.
c.       Pendidikan
          Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun.Sementara itu, Perguruan Tinggi di tutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan tinggi yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta dan Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung















BAB III
PENUTUP
3.1.    Kesimpulan
Adapun Penulis dapat menyimpulkan Tinari Matahari Terbit di atas sebagai berikut :
1.      Gerakan kedatangan Jepang untuk menguasai Indonesia berlangsung begitu cepat dan merata. Hal ini disebabkan oleh perkembangan sebelumya. Dimana Jepang berkembang pesat menjadi negara industri dan sebagai imperialis. Untuk memenuhi kebutuhannya Jepang menginginkan Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.  Di samping itu, juga terdorong oleh ajaran Shintoismeyang dianut mereka. Untuk merealisasikan keingiananya itu, maka sebelum gerakan untuk datang ke Indonesia. Jepang mengirim para spionase pada tahun-tahun sebelumya.
2.      Pada saat itu rakyat Indonesia menyambut baik kedatangan Jepang karena rakyat Indonesia menganggap Jepang sebagai negara yang membebaskan mereka dari belenggu negara barat yaitu Belanda. Yang membuat rakyat Indonesia sangat menderita dengan kebijakan-kebijakannya. Selain itu, negara Jepang dianggap sebagai “Saudara Tua” karena di berbagi kesempatan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya selalu diperdengarkan dengan Lagu Kebangsaan Jepang Khimigayo dan juga Bendera Merah Putih boleh berkibar berdampingan dengan bendera Jepang. Kepercayaan rakyat semakin kuat setelah Jepang membentuk “Gerakan Tiga A”.
3.      Tujuan pertama yaitu agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran. Dan juga untuk pembagian administrasi yangt mana memeiliki perbedaan kepentingan Jepang di tiap-tiap daerah di Indonesia. Dari segi ekonomi dan politik, pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan.

4.      Dilarangnya lagu kebangsaan Indonesia Raya tidak lain tidak bukan, Pemerintahan Jepang secara perlahan melakukan pengikisan terhadap budaya atau kultur asli Indonesia. Perubahan-perubahan secara kultural juga dilakukan dengan mengganti petunjuk waktu tarikh Sumera (tarikh Jepang) yang asalanya tarikh Masehi. Juga, setiap tahunnya rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencocetsu (hari raya lahirnaya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan pelarangan penggunaan bahasa Belanda dan harus menggunakan bahasa Jepang. 

1 comment:

Informasi Pendidikan

tesss